Selasa, 23 September 2008

keputusan yang salah

Salah satu keputusan terburuk yang saya ambil adalah ketika saya merekrut Beauty Sales Training, untuk
membantu saya mengembangkan sales di cabang Bogor. saat itu BST yang lama tidak dapat bekerja sama dengan
saya, dan lagi pertimbangan bahwa dia --dia selalu menceritakan punya rumah di Jakarta-- punya tempat tinggal
di Jakarta, maka saya memindahkan nya ke Jakarta. Harapan saya dengan BST baru (meski secara kualitas skill kurang, tapi pandai bicara) --yang juga temen saya
ketika kami masih sama-sama di Avon Cabang Bogor-- juga karena di batasi anggaran dari perusahaan-- adalah
konsolidasi dengan para Mitra Kerja (unit manager), karena BST lama membuat trik sehingga hubungan Cabang
dengan Mitra Kerja kurang harmonis.Awalnya kami berhasil konsolidasi dengan Mitra kerja, namun penyakit BST yang lama rupanya menulari Indah sang
BST baru. Setelah saya panggil dia menunjukan perubahan. Namun saya melakukan kesalah mendasar, pada awal tahun 2007 saya terbawa olehnya untuk ikut MLM, Namun saya
segera menyadarinya dan kembali ke jalan yang benar.Rupanya BST saya ini masih main mata dengan perusahaan lain. indikasinya adalah dengan sering nya tidak masuk
dengan alasan yang sangat di buat-buat, seperti rapat sekolah anaknya (masak rapat sekolah anak seminggu bisa
2 kali), ikut sosialisai peraturan perusahaan yang baru dari suaminya, ikut panitia? kawin masal perusahaan
suaminya. Terlebih lagi ketika saya menerima telpon dari sebuah SMK menanyakan dia yang mo praktek dengan
produk lain.Pendek kata hubungan kerja kami jadi kurang harmonis, Dia bahkan sering melemparkan issue untuk keluar dari
perusahaan. Saya mensiasatinya dengan mendorong para Mitra untuk demo sendiri tanpa ketergantungan terhadap
BST.Hal tersebut di tingkahi dengan hubungan saya dengan kantor pusat yang kurang harmonis, setelah masuknya orang
baru yang sama sekali tidak tahu --tapi sangat sok tahu-- tentang direct selling. Beberapa rekan sudah menawari saya kerjaan baru, namun saya masih bertahan karena saya prihatin dengan
teman-teman di cabang. Karena menurut perkiraan saya kalau saya keluar insya Allah cabang kami di tutup.BST saya bahkan membuat trik ke HO untuk menyudutkan saya --dengan membawa mitra kerja yang kinerjanya jelek
tapi banyak tuntutan pergi ke Head Office--tapi di depan saya dia menceritakan dia membela saya--dia tidak
menyadari bahwa tidak semua mitra yang dia bawa ke HO mendukungnya, , saya sebenarnya kasihan, dia mengincar
kedudukan saya sebagai branch manager. Tapi dia ndak nyadar saya bertahan karena kasihan dengan rekan2 seperti
pak Ate, pak Asep, Pak Acim yang menggantungkan hidupnya di perusahaan. Saya bertahan untuk mereka.Mitra kerja yang kinerjanya buruk selalu berlindung bahwa mereka adalah perintis dari perusahaan tersebut.
Secara pribadi saya tidak bermasalah dengan Mitra kerja yang berkinerja kurang seperti, Burhan, Yani, Lisna,
tapi sebagai penanggung jawab cabang, saya harus bisa memisahkan mana yang harus dipertahankan, mana yang
harus "maaf" di buang. Perusahaan perlu Mitra kerja yang fresh dan baru, agar perusahaan bisa berjalan lancar.
Tetapi selama "perintis" perusahaan masih ada, rekrutan baru hampir pasti tidak berkembang.Okey kita
menghormati mereka sebagai perintis, namun apa artinya perintis kalau hanya sekedar nama atau julukan belaka?Saat National Sales Manager nya mundur (beliau yang merekrut saya), dengan alasan yang hampir sama dengan
saya, keinginan saya untuk mundur semakin memuncak, belum lagi anak2 yang selalu menginginkan Bapak nya ada
setiap saat mereka butuhkan.Setelah memastikan satu tempat diperusahaan baru (pesaing) bersama NSM saya yang dulu, maka saya mengajukan
pengunduran diri per akhir tahun 2007. tiga bulan setelah saya mundur, informasi yang saya dapat cabang Bogor, dijual dan di jadikan outlet
(franchise). Indah, Aisah, Pak Ate, Pak Asep dipersilahkan mundur. Hanya pak Acim yang bertahan

Tidak ada komentar: